Skip to main content

Belajar Dari Manajemen Bahlul Hingga Yang Terbaik



Kalau mau sukses jadilah pengusaha, merupakan pernyataan yang paling sering saya dengar dari sahabat maupun orang yang telah sukses (dengan jumlah penghasilan diatas rata-rata). Memang diakui bahwa rata-rata orang kaya di Indonesia maupun di belahan dunia ini rata-rata berpihak pengusaha.


Lalu banyak diantara sahabat-sahabat penulis yang mencoba merintis usaha dengan harapan ingin sukses seperti para pengusaha yang telah memberinya inspirasi. Perencanaan dilakukan dengan baik dan matang, ditimbang berdasarkan ilmu manajemen bisnis serta menghitung margin eror atau potensi kerugian usaha.

Pekerjaan sebagai pengusaha dipilih karena berbagai pertimbangan antara lain: 1) mendapatkan penghasilan secara mandiri dan kebutuhan keuangan terpenuhi, 2) sulit mendapatkan lapangan pekerjaan yang sesuai, 3) iming-iming jadi pengusaha sangat menjanjikan. Itulah alasan mereka menjadi pengusaha yang berarti bahwa kebanyakan sahabat-sahabatku ini mengikuti tren bahwa untuk sukses sejatinya kita menempuh usaha.

Prinsip sahabat-sahabatku ini seolah mengikuti tren biat tidak ketinggalan zaman. Padahal sejatinya membangun prinsip itu mengikuti zaman tanpa terkesan ikut-ikutan. Meski demikian, untuk sukses memang harus dibangun dengan serius dan setia pada proses. Itulah tips yang digunakan dalam urusan apapun, baik dalam menjalankan usaha, membangun hubungan keluarga, menjalankan organisasi dan lain-lain.

Sahabat-sahabat penulis sudah ada yang sukses membangun usaha namun masih banyak yang gagal dalam membangun usahanya. Diantara usaha yang dibangun ada yang memilih membangun peternakan ayam, produksi dan pemasaran pupuk pertanian, warung kopi, percetakan, pemasaran hasil pertanian, photo studio, dan banyak lagi. Namun hasil dari usaha tersebut kebanyakan gagal. Bukan gagal karena produksi terhenti tapi sahabat-sahabatku ini menyerah dalam perjalanan menuju sukses. Penulis ingin mengutip ulang teori pada paragraph di atas bahwa untuk sukses maka kita harus serius dan setia pada proses.

Konklusinya, ketika perencanaan sudah matang dan berasaskan pada ilmu manajemen maka lanjutkan usaha itu dengan serius dan menjalaninya dengan penuh kesetiaan. Adapun Sahabat-sahabatku yang sukses karena mereka meniti karir dengan serius dan setia pada usahanya. Pribadi penulis juga ingin sukses jadi pengusaha suatu saat nanti, yaitu berjuang bersama pujaan hati. Inshaa Allah.
Pak Suardi dan Pak Wahyudin (Pengusaha Muda Bulukumba)

 

Comments

Popular posts from this blog

Strategi Kepemimpinan Ali Bin Abu Thalib

BAB I PENDAHULUAN A.       Latarbelakang Masalah Nabi Muhammad saw. Tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum Muslimin untuk menentukannya sendiri. Kaena itu, tidak lama setelah beliau wafat; belum lagi jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokohMuhajirin dan Ashor Berkumpul dibalai kota   Bani Sa’dah, Madinah.  

Kedudukan Ar-ra'yu sebagai Landasan Hukum Islam

Referensi Pada dasarnya umat Islam yang beriman Kepada Allah swt. Meyakini bahwa Sumber utama Ajaran Islam yaitu Alquran dan Hadis sudah sempurna. Firman Allah dalam Alquran sudah sempurna membahas aturan-aturan, hukum, ilmu pengetahuan (filsafat), kisah, ushul fiqh dan lain-lain. Begitu juga Hadis Rasulullah yang salah satu sifatnya menjadi penjelasan ayat-ayat dalam Alquran. Posisi Hadis adalah penjelas dan sumber kedua setelah Alquran.

Dasar-dasar Pendidikan Islam

DASAR-DASAR PENDIDIKAN ISLAM (Tinjauan al-Qur'an dan Hadis) Oleh : Kelompok 2 A.    Pendahuluan Islam mempunyai berbagai macam aspek, di antaranya adalah pendidikan (Islam). Pendidikan Islam bermula sejak nabi Muhammad Saw, menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya. [1]   Pendidikan adalah proses atau upaya-upaya menuju pencerdasan generasi, sehingga menjadi manusia dalam fitrahnya. Itu artinya bahwa pendidikan merupakan conditio sine quanon yang harus dilakukan pada setiap masa. Berhenti dari gerakan pendidikan berarti   lonceng kematian (baca; kemunduran atau keterbelakangan) telah berbunyi dalam masyarakat atau negara.